Monday, September 26, 2011

BUDAKELING LEADS TO TOURISM vILLAGE

Budakeling, a traditional village located on East Bali, is prepared to become a tourism village in Bali. Aside from intended to create a new destination, the village also has a superior potency that is worth visiting, ranging from amazing nature, art and culture remaining beautiful and the people still uphold the values of traditional Balinese culture. “To explore and discover the potential of Budakeling Village, Faculty of Tourism, Udayana University in cooperation with Bali Government Tourism Office has carried out an in-depth research. Budakeling Village indeed deserves to become a tourism village,” said the Head of Bali Government Tourism Office, IB Kade Subhiksu, recently. Budakeling countryside is very beautiful, clean, comfortable and safe as well as has friendly people who becomes very important to be maintained. Traditional arts denoting a distinctiveness of Budakeling remains to grow flourishingly because it is still deeply involved up to these days. One of them is the unique and interesting gambuh art of Budakeling. This element should exist in building a quality, sustainable and competitive tourism, as well as it can improve the socio-economic welfare of the people, create jobs and contribute to the country’s foreign exchange. “Based on Bali Regional Regulation No. 3/1991 on Cultural Tourism, Bali tourism development is undertaken based on Balinese cultural values because Bali is a single unit of ecology and spatial structure along with a relatively homogeneous population,” he said. This development program, he explained, posed an effort to increase the tourist attraction and improve the image of Bali in the eyes of international community. For the development of tourism village programs, it has also been carried out a workshop to encourage relevant parties so they would be more passionate and motivated to make Budakeling a Tourism Village. “If this program can be realized, then the welfare of Balinese people can be improved through sustainable tourism development undertaken by implementing community-based tourism,” he added. in BAHASA INDONESIA ; SEKILAS TENTANG KAWASAN DESA BUDAYA DAN SPIRITUAL BUDAKELING Membangun Citra Agung Persatuan Bangsa Indonesia melalui perjalanan suci kesadaran diri ( Budhi ) dari Tepi Timur Bali Budhakeling melalui kreativitas dan aktivitas budaya dan spiritual. Desa Wisata BUDAKELING adalah dharma /kewajiban suci di zaman Kali yang gelap ini, ia adalah cahaya terakhir dari peradaban dunia ini yang semakin punah. Keberadaannya di ''muka'' (bahasa setempat: prarai) Gunung Agung-- gunung tertinggi di Bali, menyebabkan desa ini selalu berada di bawah pengawasan bayang-bayang kesadaran mahkota, makuta mandita(Tuhan). Kesadaran agama dan budaya yang mampu melampaui menuju persatuan yang agung Indonesia gemilang. Sutasoma menancapkan kaki-kakinya di pusaran desa Trah Mpu Tantular pengarang Kakawin ''Bhinneka Tunggal Ika''. Sutasoma nenek moyang Danghyang Astapaka penemu citra pertiwi Budakeling. Desa seharusnya bangkit dan mampu melakukan tugas besar bhawanamayiprajnya memimpin ritual kesadaran yang sebenar-benarnya melalui kreativitas budaya. Desa ini dijadikan kota satelit suci tempat pengembangan idealisme budaya adicita adistana, aksara merancang masa depan surgawi. Di desa adistana Budakeling inilah sudah diadakan sebuah ritus baru Bhawanamayiprajnya, Tarpanadhatu, membangun pikiran murni. Selanjutnya, membaca Manggala dan teks Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Persembahan Mahawinduprasapta tujuh abad Bhinneka Tunggal Ika, penghormatan terhadap nilai sejarah eksistensi bangsa, Indonesia-Mahardika. Kekuatan murni dari tradisi besar yang pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia ini dan yang masih terwariskan di Bali dengan spirit panunggalan sejarah sinkritisme hindu-budha, sintesa sistematik baru spirit-ilmu-taksu. Sebuah perjalanan panjang lintasan spirit zaman telah semestinya menjadikan pulau ini sebagai surga dewata masa depan, sekarang menjadi desa wisata budaya dan spiritual. Tidak ada satupun kebudayaan di dunia ini yang lepas dari agama. Hasil kebudayaan adalah persembahan agama dan pertahanan hidup bangsa. Karya Sutasoma adalah persembahan Mahakawya Yogiswara Mpu Tantular terhadap bangsa dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebuah karya besar yang dikarang oleh pujangga dari kerajaan Majapahit tujuh abad yang lalu, akan kembali digemakan dengan suara mahabajra, suara cakra pranawa, sapta ongkara, tujuh api, tujuh samadi. Memperingati mahawinduprasapta tujuh abad bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa. Siapapun di antara putra putri bangsa ini segera dapat mengetahui dan mengenang kembali betapa sebuah negara dibangun dengan falsafah panca sila-- dengan slogan ''Bhinneka Tunggal Ika'' oleh para pendiri the founding father Soekarno, Hatta, dan Mohamad Jamin, 60 tahun yang lalu. Mpu Tantular adalah seorang di antara mahakawia penyair terbesar yang pernah dimiliki bangsa ini. Dari karyanya, Kakawin Sutasoma (Porusadasanta), mengalir benih-benih kesadaran muasal dan universal itu membangun citra agung persatuan seluruh bangsa Indonesia. Berbeda tetapi tetap satu Indonesia Merdeka. Pasca merdeka semestinya Mahardika. Mungkin kita telah hampir lupa, bahwa kendaraan kesadaran yang dimiliki bangsa ini telah merasuki pintu hilir eutopia hiperealistik dan hegemoni baratisasi, yang didominasi adikuasa (dengan rujukan superpower Amerika). Namun ujung kesadaran utama milik bangsa sesungguhnya ada di pintu hulu adistana (superideal, merujuk prinsip kemurnian pribadi, mandala dharma, dan atau mandala-mandala desa). Sebagai wujud kuasa surgawi-- Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana tersurat butir pertama Pancasila. Jika demikian betapapun nilai-nilai keutamaan bangsa itu tak pernah akan tercampakkan sedemikian rupa. Momentum naramangsa pramangsa zaman kali ini sebagai perlambang-- manusia pemakan atau sebaliknya pemakan manusia sesungguhnya menantang kita untuk berpikir, merenung, merefleksi sejarah masa lalu dan memproyeksikan ke depan. Segala kemampuan diperlukan untuk tranformasi dan transmisi nilai-nilai budaya yang bertumbuh terus dengan semangat pembaruan semesta (Ongkarapranawa). Hidup bhawanamaya adalah sebuah yadnya, persembahan demi kebaikan dan keharmonisan dunia dan akhirat. Adakah kita telah melangkah menuju kemerdekaan yang mahardika? Mahawinduprasapta adalah sebuah ''bom waktu'' Pangutpati, hidup kembali, untuk manusia yang berkesadaran murni (bhawanamaya), melalui kegiatan kreativitas dan aktivitas budaya yang kami persembahkan dari tim menejemen, semoga bermamfaat. PROGRAM KREATIVITAS DAN AKTIVITAS BUDAYA 1. Belajar Menari dan Karawitan Program ini mengarahkan para siswa mengetahui dan melakukan sendiri olah tari Bali dan alat penggiring gamelannya, dengan mengetahui maksud dan tujuan diadakan tari bali ini akan mempermudah didalam mempelajarinya. Termasuk didalamnya cara menggunakan pakaian tari bali. 2. Belajar Pupuh dan Maca Pat ( lagu Klasik Bali ) Program ini merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dengan budaya kesenian bali sebagai pengiring didalam tarian dan gamelan bali, dengan iringan pupuh dan maca pat ini tarian dan gamelan bali akan semakin sempurna. Disamping itu pupuh dan maca pat ini juga digunakan dalam pelaksanaan upakara ( 5 macam upakara yajnya ) sebagai pengiring, disamping juga ada suara genta pandita, suara kentongan pura, suara Gamelan, dan Suara Mantra Pandita ( Panca Suara/ Githa ). 3. Belajar membuat Sarana Upakara Keagamaan ( basis budaya ); Program ini merupakan hal terpenting didalam kegiatan aktivitas budaya, karena yang dapat dilihat adalalah hasil budayanya sendiri sebagai sarana budaya upakara, bahan yang akan digunakan semua menggunakan hasil tanaman perkebunan setempat seperti ; bamboo, lontar, janur dsb. 4. Belajar Membuat permaianan anak – anak klasik dan memainkannya. Program kegiatan ini merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari kegiatan budaya hidup sehari – hari masyarakat di bali khususnya di bali timur. Jauhnya dari penggaruh budaya metropolitan kota membuat permainan anak – anak ini menjadi aktivitas rutin sehari – hari setelah mereka membantu orang tuanya mencari rumput disawah. Jenisnya adalah : a. Metajog ( berjalan dmenggunakan kaki bamboo ) b. Mecebleng ( melompat dengan garis kotak – kotak ) c. Meciwa ( bermaian menggunakan batu kecil ) d. Curik – curik ( berjalan beriringan dibawah gerbang tangan 2 orang kawan ) 5. Belajar membuat makanan bali ; Program ini dibuat merupakan kegiatan sebagai penggalian dan revitalisasi budaya makanan Bali yang hamper punah seperti lawar, laklak, renggina dsb. 6. Belajar membuat lukisan, tenun dan batik bali dan kerajinan lainnya. Program ini merupakan program unggulan pemerintah provinsi Bali, karena hasil karya inilah yang menghasilkan banyak devisa dan pajak dari hasil export kerajinan Bali. 7. Belajar membajak sawah dengan sistem subak ( system pertanian di Bali ) Program kreativitas ini diharapkan peserta masih ingat akan kegiatan masyarakat Indonesia tahun 60-an, karena kegiatan ini disini masih utuh dan sangat berlangsung dengan sempurna. 8. Belajar merias pengantin Bali Program ini merupakan kewajiban bagi masyarakat Bali untuk dapat tetap menjaga dan melestarikan gaya penganten khas Bali, karena mempunyai dampak yang luas ketika masyarakat internasional menginginkan acara perkawinan mereka menggunakan gaya khas Bali. 9. Belajar mengenal sistem olah raga (yoga ) di Bali; Yoga (Aksara Dewanagari) dari bahasa Sansekerta berarti "Proses penyatuan", yang bermakna "penyatuan dengan alam" atau "penyatuan dengan Sang Pencipta". Yoga merupakan aktivitas yang menitikberatkan pada aktivitas meditasi.,di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara keseluruhan. Masyarakat global umumnya mengenal Yoga sebagai aktivitas latihan utamanya asana (postur). Yoga juga digunakan sebagai salah satu pengobatan alternatif, biasanya hal ini dilakukan dengan latihan pernapasan, oleh tubuh dan meditasi, yang telah dikenal dan dipraktekkan selama lebih dari 5000 tahun. Yoga memberi ketenangan bagi mahluk hidup yang keseharian hidupnya dipenuhi hiruk-pikuk dan kompleksitas. Motivasi manusia berbeda satu dengan yang lain, ada yang ingin mendapatkan anuegrah alam dengan menyerap hawa halus alam melalui yoga, merestorasi olah pikiran agar lebih terkonsentrasi dan mengarah pada satu titik tujuan hidup yang sejati, memperoleh anugerah kesehatan yang alami, memusatkan energi diri ( kundalini ) pada tahap kehidupan yang diinginkan, tahap kepedulian terhadap kehidupan spiritual mereka, atau ada juga yang hanya mengikuti karena situasi lingkungan saat ini dan sebagainya . AKTIVITAS YOGA ; Healing /Inisiasi Event / Melihat dan mempraktekan langsung 10. Belajar mengenal rumah adat bali ; Program ini merupakan wadah pelestarian dan revitalisasi rumah khas adat bali, karena rumah khas adat bali ini mempunyai efek dan penggaruh besar terhadap kelangsungan hidup penghuninya dalam hal karir,jodoh,hidup dan mati. Pengenalan ini diharapkan para paserta akan dapat memahami betapa pentingnya rumah yang efektif serta sesuai dengan penghuninya, tidak sekedar mengikuti mode atau tren masa kini. Demikianlah gambaran program yang kami tawarkan kepada Bapak / Ibu pengasuh atau pengajar disemua sekolah. Adapun besarnya biaya yang dikeluarkan mengikuti program ini adalah sebagai berikut : Keterangan : • Untuk mengikuti semua program atau satu kelompok diatas 150 peserta dikenakan biaya Rp.100.000,- /peserta, sudah termasuk bahan yang digunakan dan dapat dibawa pulang peserta , kecuali pakaian tari Bali harus dikenakan biaya lagi. • Waktu yang dilaksanakan 4 jam.

No comments:

Post a Comment